Merdeka.com - Angka anak stunting di Indonesia berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia Tahun 2022 mencapai 21,6% setelah mengalami penurunan pada tahun 2021 sebesar 24,4%.
Ahli gizi Avliya Quratul Marjan menuturkan, anak stunting di Indonesia banyak ditemukan pada daerah yang susah terhadap pelayanan kesehatan dan berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah.
"Salah satu yang dapat dilakukan untuk mencegah stunting pada keluarga dengan ekonomi rendah adalah dengan meningkatkan pengetahuan ibu yang memiliki bayi atau balita dan pemanfaatan pangan lokal kaya zat gizi, membiasakan konsumsi protein setiap kali makan yang didapatkan dari hewan peliharaan seperti ikan, ayam, dan lain-lain," kata Avliya, Senin (26/6).
2 dari 5 halaman
Orangtua Harus Paham Mengenai Stunting
Tak hanya itu, orangtua juga harus memiliki kesadaran dan pengetahuan terkait pentingnya menjaga gizi anak sejak dalam kandungan bahkan sejak remaja sebelum menjadi ibu hamil.
Di sisi lain, pemerintah juga memiliki peranan penting dalam upaya menekan angka stunting.
"Pemerataan dukungan dan bantuan pemerintah juga sudah dilakukan dengan pemberian PMT (pemberian makan tambahan) untuk meningkatkan status gizi anak dan suplementasi zat gizi mikro tertentu," ujar dia.
Namun, Avliya menuturkan, stunting tidak hanya dipengaruhi faktor makanan, melainkan juga dipengaruhi faktor komunitas dan lingkungan, rumah tangga, dan faktor anak itu sendiri.
"Faktor komunitas terdiri dari sosial budaya, pendidikan, kesehatan dan layanan kesehatan, hygiene sanitasi lingkungan, ketersediaan system pertanian dan pangan, politik dan ekonomi, pendidikan. Pada tingkat rumah tangga dan individu anak terdiri dari faktor ibu, pola asuh, keamanan pangan dan air minum, pemberian makan anak, pemberian ASI eksklusif dan penyakit infeksi," kata Avliya.
3 dari 5 halaman
Cara Mengejar Pertumbuhan Anak Jika Mengalami Stunting
Avliya mengungkapkan, jika anak terlanjur mengalami stunting maka masih dapat dikejar pertumbuhannya atau lebih dikenal catch up growth (kejar tumbuh). Kejar tumbuh terjadi jika seorang anak diberikan intervensi gizi baik secara spesifik (langsung pada anak tersebut) dan sensitive (keluarga dan lingkungan).
Intervensi yang diberikan dapat berupa intervensi dalam pemberian makan, stimulasi psikososial dan pola asuh yang tepat agar dapat mengejar ketertinggalan dalam pertumbuhan Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U). Penjelasan tersebut berdasar pada penelitian data yang diamati selama 17-19 tahun.
"Anak stunting yang berhasil kejar tumbuh memiliki kemampuan kognitif yang lebih tinggi bila dibandingkan anak stunting yang tidak kejar tumbuh," kata dia.
4 dari 5 halaman
Peran Orangtua dan Lingkungan
Kemudian, Avliya mengatakan penanganan maupun pencegahan stunting dan kejar tumbuh melibatkan peran ayah dan ibu.
Selain itu, dukungan tempat tinggal keluarga menjadi penting karena tempat tinggal yang tidak layak akan berisiko meningkatkan terjadinya penyakit infeksi seperti diare, ISPA dan lainnya yang akan berdampak pada penurunan status gizi dan tidak tertanganinya stunting pada anak.
"Peran keluarga besar melibatkan kakek dan nenek serta keluarga besar juga sangat penting diberikan terutama terkait pola asuh dalam penanganan stunting," ujar dia.
Avliya mengatakan, penanganan stunting Indonesia sudah sangat komprehensif dengan melibatkan pihak multisektor mulai dari akademisi, kementerian dan lembaga, dunia usaha, organisasi masyarakat hingga media.
5 dari 5 halaman
Stunting Jadi Isu Prioritas Komisi IX
Senada dengan apa yang diungkapkan Avliya, Anggota Komisi IX DPR RI, Rahmad Handoyo mengatakan, saat ini isu stunting menjadi prioritas pembahasan antara Komisi IX dan Pemerintah sehingga strategi, pengendalian, dan berbagai tahapan untuk mengurangi stunting pun sedang digodok oleh pihaknya.
"Saya kira dengan dijadikan prioritas program pembahasan antara komisi ix dengan pemerintah tapi juga bagaimana agar komisi ix memastikan program yang sudah djbuat disusun dari tahap awal penyelesaian itu komisi ix menjadi concern dan selalu memonitor," ungkap Rahmad ketika dihubungi merdeka.com, Senin (26/6).
Rahmad menuturkan, Komisi IX bersama pemerintah melakukan dua langkah konkrit untuk menekan angka stunting di Indonesia. Langkah pertama yakni memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya gizi seimbang dala. 1.000 hari pertama kehidupan seorang anak.
"Gizi tidak harus mahal tapi harus berimbang. Ibu hamil tahu bagaimana mengarahkan anak sampai menjelang umur 2 tahun atau 1000 hari pertama itu bener-benar kita kawal sehingga makanan yang cukup, berimbang, bergizi," katanya.
Selain itu, pemerintah juga gencar melakukan sosialisasi terkait bahayanya perkawinan dini yang dapar berkontribusi membuat anak stunting. Pemerintah juga melakukan sosialisasi kepada para ibu hamil tentang risiko anak stunting.
"Sehingga ketika tahu pemahaman resiko stunting itu sudah memasuki jiwa masyarakat kita, sehingga masyarakat care, bergotong royong untuk menghindarkan anaknya stunting," sambung Rahmad.
Langkah kedua yaitu secara kuratif yang dilakukan setelah anak mengalami stunting.
"Jika sudah terjadi stunting pada anak-anak kita ya segeralah harus diedukasi, harus kita rawat. Pemerintah memberikan bantuan asupan gizi tambahan dari pemerintah daerah dan pusat," kata dia
Reporter Magang: Alya Fathinah
[gil]Baca juga:
Menko PMK Jadi Bapak Asuh 5 Anak Stunting di Kabupaten Lampung Utara
Sido Muncul Beri Bantuan Pemberantasan Stunting Rp135,5 juta ke 13 Anak
Sadar Gizi Jadi Kunci Pencegahan Stunting
Jokowi Jengkel Anggaran Stunting Miliaran Habis Buat Perjalanan Dinas: Absurd!
Jokowi Temukan Dana Pengentasan Stunting Rp10 M Banyak Dipakai untuk Perjalanan Dinas
Perbedaan Gizi Buruk dan Malnutrisi, Bisa Terlihat dari Kondisi Badannya
Ini Menu Makanan Cegah Stunting Menurut Pakar Gizi, Mudah dan Gampang Didapat | merdeka.com - Merdeka.com
Read More
No comments:
Post a Comment