- Cherylann Mollan
- BBC News, Mumbai
Di India, teka-teki tentang tomat saat ini bukan apakah ia buah atau sayuran — tapi kenapa ia telah menjadi mahal, dan mahalnya bukan main.
Harga bahan makanan pokok sehari-hari itu telah meroket selama dua minggu terakhir, dan sekarang mencapai hampir 200 rupee (Rp36.500) per kilogram di beberapa daerah di India — lonjakan tajam dari harga biasanya 40-50 rupee (Rp7.000-9.000).
Harga tomat yang mahal telah mendatangkan malapetaka pada dompet, di dapur, dan bahkan di jalanan.
McDonald's baru-baru ini masuk berita; bukan karena menawarkan hidangan baru tapi karena menghapus tomat dari menunya di sebagian besar gerai di India utara dan timur. Mereka menyebut tidak tersedianya tomat berkualitas "karena masalah panen musiman" sebagai alasannya.
Harga yang meroket terutama menyulitkan masyarakat kelas menengah dan bawah India, yang merupakan bagian terbesar dari populasinya.
Di kota Pune, India barat, seorang penjual sayur dituduh memukul wajah seorang pelanggan dengan timbangan karena bertengkar soal harga 250g tomat.
Di kota paling suci di India, Varanasi, seorang politikus dilaporkan menyewa dua penjaga untuk mencegah orang tawar-menawar harga tomat di tokonya.
Ada laporan tentang orang-orang yang mencuri tomat dari ladang dan membajak truk bermuatan tomat.
Para pakar mengatakan kondisi cuaca buruk telah merusak tanaman, mengakibatkan kelangkaan di pasar serta ketidaksesuaian antara permintaan dan penawaran. Pemerintah mengatakan bahwa lonjakan harga ini adalah "masalah sementara" dan bahwa itu akan turun dalam beberapa bulan mendatang.
Beberapa negara bagian sudah mulai menjual tomat dengan harga lebih murah di gerai yang dikelola pemerintah atau yang didukung petani untuk membantu konsumen. Pada tanggal 30 Juni, pemerintah India meluncurkan Tomato Grand Challenge Hackathon di Delhi untuk mendorong masyarakat berbagi ide untuk memerangi kenaikan harga.
Tomat merupakan salah satu bahan terpenting dalam masakan India — ia digunakan dalam hampir setiap hidangan. Jadi ketika tomat menjadi langka dan mahal, itu menjadi subjek berita utama dan bahkan pertikaian politik.
Para ekonom mengatakan kenaikan harga yang tajam dapat mengganggu keseimbangan inflasi India yang rapuh, mendorong inflasi ritel ke arah 5,5% pada Juli-September dari 4-5% pada April dan Mei.
Ironisnya, hampir dua bulan yang lalu, petani di India membuang berpeti-peti tomat di jalanan setelah harganya terjun ke 2-3 rupee per kilo di pasar grosir karena pasokan melebihi permintaan.
Para petani menggunakan langkah yang sama tahun lalu untuk menarik perhatian publik pada penderitaan mereka dan, pada bulan Maret, para petani di negara bagian Maharashtra melakukan unjuk rasa menuntut harga bawang yang lebih tinggi.
India sering menghadapi tantangan penawaran-permintaan dalam hal sayuran yang gampang busuk, namun penting, seperti bawang merah dan tomat. Kedua tanaman ditanam hampir sepanjang tahun dan produk dari negara-negara bagian yang berbeda menyentuh pasar pada bulan-bulan yang berbeda.
Tahun ini, panen tomat yang berlimpah diikuti oleh musim panen yang buruk.
"Masalah harga tomat saat ini sebenarnya adalah akibat dari hujan di luar musim selama Maret-April-Mei di daerah penanaman tomat, khususnya sabuk Kolar [di negara bagian Karnataka selatan], yang memiliki pasar tomat terbesar di negara itu," kata Ashok Gulati, ekonom pertanian.
"Dari pertengahan Juni, pasokan telah menyusut, sementara tekanan permintaan meningkat, yang menyebabkan lonjakan harga tomat segar," dia menambahkan.
Gulati mengatakan hujan yang berlebihan di India barat laut kemungkinan akan memberi tekanan lebih lanjut pada pasokan.
"Daerah-daerah yang signifikan juga terhuyung-huyung akibat banjir, terutama negara bagian Himachal dan Uttarakhand. Jalur pasokan saat hujan lebat sering kali terlantar," katanya.
Anil Malhotra, anggota Komite Pasar Hasil Pertanian (APMC), mengatakan kepada kantor berita PTI bahwa meskipun harga tomat meningkat setiap musim hujan, dia belum pernah mengalami harga setinggi ini.
"Ada penurunan besar dalam pasokan karena hujan. Sekitar setengah dari stok kami, yang kami dapatkan dari Himachal Pradesh, rusak," katanya.
Arvind Malik, seorang petani tomat dari negara bagian Haryana, mengatakan kepada surat kabar Guardian bahwa sementara ia biasanya menjual 30.000 kg tomat setiap tahun, tahun ini ia hanya bisa memanen setengahnya karena tanamannya telah dihancurkan oleh hama.
"Para ahli mengatakan kepada kami bahwa cuaca yang tidak teratur – kenaikan dan penurunan suhu yang tiba-tiba – adalah alasan di balik penyakit pada tomat kami," katanya.
Jadi bagaimana India mengatasi kesenjangan penawaran-permintaan ini? Solusi langsungnya adalah dengan hanya menyimpan kelebihan hasil panen untuk musim hujan.
Tetapi para ahli mengatakan bahwa ini lebih mudah dikatakan daripada dilakukan karena tomat sangat mudah rusak dan cenderung membusuk setelah beberapa minggu bahkan dalam penyimpanan dingin.
Gulati mengatakan bahwa salah satu cara untuk menstabilkan pasokan adalah dengan memberi insentif pada penanaman tomat dalam lingkungan yang terkendali untuk menyelamatkan tanaman dari panas ekstrem atau hujan lebat yang tidak musiman.
Langkah lainnya ialah mengolah tomat menjadi puree atau sup, yang dapat membantu konsumen beralih ke olahan tomat ketika harga tomat segar sedang mencuat. "Tetapi untuk mempromosikan pengolahan tomat, pemerintah harus memberi insentif pemrosesan dan menurunkan GST [pajak penjualan umum] pada puree tomat dari 12% - 5%," kata Gulati.
"Secara keseluruhan, pendekatan rantai nilai harus diadopsi untuk mengurangi risiko sayuran dari produksi ke konsumsi, tetapi kerangka kerjanya tidak ada sekarang."
Mengapa McDonald's menghapus tomat dari menu restorannya di India - BBC News Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment