Setelah aktivitas berat, menerima banyak tamu dan merundingkan banyak hal, perut mulai berdendang, isyarat untuk segera terpenuhi salah satu hajat primitif, keluar kantor sambil mencari tempat yang asri, beberapa tempat biasa nongkrong libur hari ini, sehingga harus mengubah haluan agar mendapatkan apa yang hendak menjadi pendamping dendang siang hari ini.
Awalnya sangat selektif dalam menentukan warung yang hendak diampiri, utamanya tempat harus nyaman dan tampak indah. Hal ini dimaksud untuk membuang sampah pikiran yang tertuang dari orang-orang yang telah berinteraksi, berkomunikasi dan berkoordinasi, agar ruang memori kembali segar dan siap untuk diisi dengan hal yang baru.
laju kendaran meski pelan, tak terasa hampir lima kilo meter telah berlalu, akhirnya teringat beberapa hari ada penawaran promo dari salah satu cafe and resto dengan menu baru dan harga yang belum maksimal. tertarik akhirnya arah kendaraan menuju salah satu bangunan klasik di depan bangunan gedung lembaga pendidikan mulai dari PAUD, SD, SMP dan SMA, jadi terlihat keramaian di beberapa sudut jalan.
Duduk di kursi yang terang pencahayaannya dan tidak lupa ada fasilitas untuk menambah daya smart phone teman yang tak boleh tertinggal. Pramu saji menghampiri dengan membawa daftar menu, lalu kembali ke meja kasir.. dibuka satu persatu sambil memelototi menu-menu yang ada, setelah ada beberapa pilihan yang mengikat hati, saya berjalan menyerahkan daftar pesanan kepada pramusaji yang sudah lama mengawasi saya., "sebentar ya pak" pramusaji yang berusia menginjak dua puluhan tahun ini mengernyitkan dahinya, "ini tidak ada pak", saya kembali mempelajari tulisan-tulisan yang ada di daftar menu, "hore.." teriak saya usai menemukan makanan favorit, "aduh, maaf pak makan ini tidak boleh dipisah bumbunya" timpal pramusaji. Akhirnya saya memutuskan untuk membatalkan orderan.
percakapan dengan pramusaji menyulut amarah, ingin marah, tapi tetap bisa terkontrol "makanan apa yang ada" tanyaku dengan sedikit meninggikan suara saya sambil memandangi wajah bingung pramusaji "bentar pak saya tanyakan ya".
"ok, mas gini aja, buah iris ada kan, tolong ini segera dihidangkan" pintaku untuk merayu usus agar tidak melilit-lilit. Banyak makanan yang katanya sudah habis, ada yang bumbunya tidak lengkap, sayapun sedikit curiga, sebenarnya sudah habis atau memang tidak lagi tersedia.
Mencari titik aman, akhirnya nasi goreng menjadi pilihan sebagai obat kekecewaan, karena saya yakin di semua resto yang menyertakan menu nasi goreng tidak pernah kehabisan, kecuali ada rombongan.
Makan siang hari ini, menantang untuk beradu kekuatan, entah dengan siapa. Melihat menu yang begitu banyak, hanya sebagian kecil alias sedikit yang tersedia. Awalnya terasa menelan ludah membayangkan kelezatan, akhirnya tenggorokan kering kecewa setelah melihat daftar menu banyak zonk, kenapa ya.... saya tidak lagi berselera
Video Pilihan
Selera Makan Langsung Turun Setelah Lihat Daftar Menu - Kompasiana.com - Kompasiana.com
Read More
No comments:
Post a Comment