JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Komunitas Warteg Nusantara (Kowantara), Mukroni menilai kebijakan makan selama 20 menit tidak tepat.
Menurutnya, makanan di warteg bervariasi dan membutuhkan waktu yang lama untuk disiapkan.
“Di PPKM ini kan ada kebijakan tentang 20 menit. Ini menurut saya kebijakannya yang tidak tepat. Pertama, menu-menu di warteg itu kan bervariasi, ada yang ikan, orek tempe, tumis kangkung dan ya mungkin saja bisa lima menit,” ujar Mukroni saat dihubungi, Minggu (1/8/2021).
Baca juga: Efek Pandemi Covid-19, Banyak Pengusaha Warteg Pulang Kampung ke Tegal dan Brebes
Ia menyebutkan, hidangan seperti pecel lele perlu waktu yang lama. Pasalnya, lele harus digoreng hingga kering.
“Itu kan lelenya hidup. Harus goreng dulu. Gorengnya juga tak bisa cepat. Harus crispy, kering,” kata Mukroni.
Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu.
Daftarkan email
Jika menggoreng ikan lele tak matang, justru akan menimbulkan masalah. Ia mencontohkan, lele masih tersisa darah karena menggoreng terlalu cepat, akan berpengaruh kepada kepuasan konsumen.
“Kan kalau ada darahnya, kan jadi masalah, orang gak mau dateng lagi. Itu kurang tepat lah kebijakan pemerintah,” tambah Mukroni.
Batasan waktu makan selama 20 menit di warung makan dalam pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Level 4 masih menjadi topik yang hangat.
Aturan tersebut tertuang dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) Nomor 24 Tahun 2021 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 dan Level 3 Corona Virus Disease 2019 di Wilayah Jawa dan Bali.
Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menilai waktu 20 menit cukup bagi seseorang makan di warung atau tempat sejenis, asal proses tersebut dilakukan tanpa banyak berbicara.
“Jadi makan tanpa banyak bicara dan kemudian 20 menit cukup, setelah itu memberikan giliran kepada anggota masyarakat yang lain," kata Tito dalam konferensi pers yang ditayangkan YouTube Sekretariat Presiden yang dikutip dari Kompas.com.
Ketua Pengusaha Warteg: Kebijakan Makan 20 Menit Tak Tepat, Menu Kami Kan Bervariasi... - Kompas.com - Megapolitan Kompas.com
Read More
No comments:
Post a Comment